RANGKUMAN EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN
Proposal Evaluasi
Contoh Soal
· Dalam rangka mengembangkan pendidikan, dinas pendidikan provinsi DKI jakarta akan melaksanakan proyek evaluasi kesehatan sekolah di 10 sd di kelurahan kumuh. Tujuan dari evaluasi adalah sbb:
· Menjaring informasi mengenai :
a) Kebersihan ruang kelas
b) Kebersihan lingkungan sekolah
c) Kebersihan WC
d) Ketersediaan air yang cukup
e) Ketersediaan taman sekolah
· Menjaring informasi mengenai kesehatan murid :
a) Kesehatan mata
b) Kesehatan gigi
c) Kesehatan telinga
d) Kesehatan badan
Jawab
1. Cakupan Evaluasi ( pertanyaan evaluasi) yang berkaitan dengan informasi mengenai :
a) Kebersihan ruang kelas
b) Kebersihan lingkungan sekolah
c) Kebersihan WC
d) Ketersediaan air yang cukup dan
e) Ketersediaan Taman Sekolah
f) Kebersihan kantin sekolah
g) Informasi mengenai.Kesehatan Murid
h) Kesehatan mata
i) Kesehatan gigi
j) Kesehatan telinga
k) Kesehatan Badan dan imunisasi murid
2. Metode yang digunakan adalah metode Kualitatif
3.Model Evaluasi yang digunakan adalah CIIP, karena penilaian ini sesuai dengan tujuan yang dirumuskan dalam program untuk membantu menentukan prosedur dan desain untuk mengimplementasikan program untuk memperbaiki kwalitas proses dari program yang berjalan, serta memberikan informasi sebagai alat untuk menilai apakah sebuah proyek relati sukses atau gagal.
4.Yang menjadi sumber informasi dalam evaluasi adalah Guru, Manjemen sekolah dan Siswa
5.Jenis instrument yang digunakan dengan menggunakan pertanyaan Instrumen Pertanyaan Evaluasi.
NO | PERTANYAAN EVALUASI | SASARAN | PENGUMPULAN DATA | ANALISIS |
1 | Apakan kebersihan kelas sudah sesuai rencana yang diharapkan? | 1. Guru. 2. Manajemen 3. Siswa | Wawancara dan quesioner | Triangulasi data |
2 | Apakah kebersihan lingkungan sekolah sudah sesuai dengan tujuan yang diharapkan ? | 1.Guru. 2. Siswa | Wawancara dan quesioner | Analisis data statistik dan komparasi |
3 | Apakan Kebersihan WC dan ketersediaan air sudah mencukupi kebutuhan siswa dan Guru ? | 1.Guru. 2.Manajemen 3.Siswa | Wawancara dan quesioner | Triangulasi data |
4 | Apakah di sekolah sudah Ada taman ? | 1.Guru. 2.Manajemen. 3.Siswa | Wawancara dan quesioner | Triangulasi data |
5 | Apakah kondisi kesehatan mata, gigi, telinga dan badan sudah benar-benar sehat ? | 1.Guru. 2.Manajemen. 3.Siswa | Wawancara dan quesioner | Triangulasi data |
6 | Apakah di Sekolah telah dilakukan imunisasi siswa ? | 1.Guru. 2.Manajemen. 3.Siswa | Wawancara dan quesioner | Triangulasi data |
6. Grand Chart Kegiatan dan Waktu Pelaksanaan Evaluasi
No | Jenis Kegiatan | Mei | Juni | Juli | Ket. | |||||||||
1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | 3 | 4 | | ||
1 | Persiapan Petugas Evaluator | | | | | | | | | | | | | |
| Penyiapan Instrumen | | | | | | | | | | | | | |
| Analisis Pengolahan Data | | | | | | | | | | | | | |
| Penyusunan dan Penyerahan laporan | | | | | | | | | | | | | |
3. Jelaskan secara singkat disertai contoh
1. Skala likert
Skala linkert pertama kali dikembangkan oleh Rensis Linkert pada tahun 1932 dalam mengukur sikap masyarakat. Dalam skala ini hanya menggunakan item yang secara pasti baik dan secara pasti buruk. Item yang pasti disenangi, disukai, yang baik, diberi tanda negatif (-). Total skor merupakan penjumlahan skor responsi dari responden yang hasilnya ditafsirkan sebagai posisi responden. Skala ini menggunakan ukuran ordinal sehingga dapat membuat ranking walaupun tidak diketahui berapa kali satu responden lebih baik atau lebih buruk dari responden lainnya.
Contoh:
Biasanya disediakan lima pilihan skala dengan format seperti:
1. Sangat tidak setuju
2. Tidak setuju
3. Netral
4. Setuju
5. Sangat setuju
2. Skala Guttman
Skala Guttman dikembangkan oleh Louis Guttman. Skala ini mempunyai ciri penting, yaitu merupakan skala kumulatif dan mengukur satu dimensi saja dari satu variabel yang multi dimensi, sehingga skala ini termasuk mempunyai sifat undimensional.
Skala Guttman yang disebut juga metode scalogram atau analisa skala (scale analysis) sangat baik untuk menyakinkan peneliti tentang kesatuan dimensi dari sikap atau sifat yang diteliti, yang sering disebut isi universal (universe of content) atau atribut universal (universe attribute).
Contoh:
Jawaban benar salah,ya – tidak, pernah – tidak pernah,positif- negatif, tinggi –rendah, baik –buruk, dan seterusnya.
Pada skala Guttman ada dua interval yaitu setuju dan tidak setuju.selain dapat dibuat dalam bentuk pertanyaan pilihan ganda, skala Guttman dapat juga dibuat dalam bentuk daftar checklist.
3. Skala perbedaan semantic
adalah skala untuk mengukur sikap,tetapi bentuknya bukan pilihan ganda atau checklis, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum dimana jawaban yang sangat positif terletak dibagian kanan garis,dan jawaban negatif disebelah kiri garis, atau sebaliknya.
Data yang diperoleh melalui pengukuran dengan skala mantik differensial adalah data interval. Skala ini digunakan untuk mengukur sikap atau karakteristik tertentu yang dimiliki seseorang. Sebagai contoh penggunaan skala semantik differensial ialah menilai gaya kepemimpinan kepala sekolah.
4. Skala rating
adalah metode pengukuran sikap yang berisi beberapa alternatif kategori pendapat yang memungkinkan bagi responden untuk memberikan alternatif penilaian. Skala kategori pada dasarnya merupakan perluasan dari skala sederhana. Skala ini memberikan yang lebih banyak informasi dan mengukur lebih sensitif dimensi construct dibandingkan dengan skala sederhana. Berikut ini adalah tipe-tipe skala kategori yang umumnya digunakan untuk mengukur sikap responden yang berkaitan dengan kualitas (contoh 1), urgensi (2), menarik (3), kepuasan (4), frekuensi (5).
5. Hard data dan soft data dalam evaluasi HRD:
Dalam eavaluasi HRD terdapat dua jenis data yaitu:
1. Hard Data (Data keras)
Data keras ialah data mengenai perbaikan, mudah diukur
2. Soft Data (Data Lunak)
Data lunak ialah data berdasarkan perilaku, sulit diukur
Hard data atau data keras dapat dikelompokan menjadi 4 jenis:
1. Keluaran meningkat 2. Menghemat waktu 3Penghematan biaya
4. Perbaikan kualitas
Gambar1. (data Keras)
Contoh data keras: (tabel1)
Keluaran | Biaya | Waktu | Kualitas |
Unit produk | Unit cost | Overtime | Product delivery |
Alumni | variabel cost | Timely service | Derivation from standar |
Pinjaman disetujui | Fixed cost | Processing time | Jumlah kecelakaan |
Produktivitas | Operating cost | Supervisory time | Kegagalan produk |
Barang dideliveri | Cost reduction | Training time | Tingkat kecelakaan |
Jumlah terjual | Accident Cost | Recycle time | Produk yang dikerjakan kembali |
Keuntungan | Program cost | meeting schedule | Pelanggaran peraturan |
Jumlah unit yang diproduksi | | | |
Data lunak atau soft data dapat dikelompokan menjadi 6 jenis:
1. Kebiasaan Kerja
2. Ketrampilan Baru
3. Iklim kerja
4. Perasaan/sikap
5. Inisiatif
6. Perkembangan
Gambar.2. Data lunak atau soft data
Contoh soft data
Kebiasaan Kerja | Ketrampilan baru: | Iklim Kerja | |
Mangkir kerja | Pengambilan keputusan | Jumlah kebutuhan pegawai | |
Ketepatan waktu | Problem diselesaikan | Kepuasan kerja | |
Pelanggaran keselamatan kerja | Ketrampilan mendengarkan | Turnover pegawai | |
Follow up | Konflik yang dapat dihindari | Penurunan konflik | |
| | Kerja sama dalam tim | |
Perasaan/sikap | Inisiatif | Perkembangan | |
Perubahan sikap | Pelaksanaan ide baru | Jumlah personil | |
Perbaikan perilaku | Penyelesaian proyek | Jumlah kenaikan gaji | |
Loyalitas | Penyelesaian tugas | Jumlah pelatihan yang diikuti | |
Tanggung jawab | Keproaktifan | Hasil evaluasi kinerja | |
Percaya diri | | Peningkatan efektivitas | |
Kemandirian | | Perkembangan: | |
6. Responsive evaluation model
adalah Evaluasi yang menekan diri kepada merespons para staholders program. Stakeholders adalah orang-orang yang berkepentingan dipengaruhi dan mempengaruhi program (egon Gube dan Yvona Lincoln 1981)
Responsive evaluation model dikembangkan pada tahun 1975 oleh Robert Stake. Awalnya Stake menamai model ini Conterance of educational evaluation-Danil L. Stuflabeam dan antony J. Shinfield (1985) memberi nama model ini sebagai Client-Centerd Evaluation atau evaluasi berpusat pada klien. Disebut Responsif jika memenuhi 3 kriteria yaitu :
(1) Lebih berorientasi secara langsung kepada aktivitas program dari pada tujuan program
(2) Merespon kepada persyaratan kepada kebutuhan informasi dai audiens
(3) Perspektif nilai-nilai yang berbeda dari 0rang-orang yang dilayani, dilaporkan dalam kesuksesan dan kegagalan dari program.
Contoh :
Sekolah (Primary Stakeholders) murid, guru, kepala sekolah, orang tua, pegawai sekolah .(Secondary stakeholders : Pemerintah, masyarakat, perusahaan.
7. Connoisseurship evaluation model
Evaluasi Connoseurship banyak digunakan untuk melakukan evaluasi program terhadap kesenian dan kebudayaan yang menggunakan pendapat dan penilaian para pakar.Model Evaluasi Connoseurship dilakukan melalui beberapa proses dan teknik dalam mengumpulkan pendapat para pakar. Prosesnya:
1) Mengumpulkan informasi tentang obyek evaluasi
2) Menyusun sample pakar
3) Menyampaikan informasi tentang obyek evaluasi kepada pakar disertai permintaan pendapat atau penilaian
4) Respon para pakar
8. Adversary evaluation model
Model ini didasarkan pada prosedur yang digunakan oleh lembaga hukum. Dalam prakteknya, model adversary terdiri atas empat tahapan yaitu :
1. Mengungkapkan rentangan isu yang luas dengan cara melakukan survey berbagai kelompok yang terlibat dalam satu program untuk menentukan kepercayaan itu sebagai isu yang relevan.
2. Mengurangi jumlah isu yang dapat diukur.
3. Membentuk dua tim evaluasi yang berlawanan dan memberikan kepada mereka kesempatan untuk berargumen.
4. Melakukan sebuah dengar pendapat yang formal. Tim evaluasi ini kemudian mengemukakan argument-argumen dan bukti sebelum mengambil keputusan.
5. Keputusan mengenai program
9. Goal based evaluation model
adalah Model evaluasi yang hanya mengukur apakah tujuan obyek evaluasi yang ditetapkan secara formal dalam cetak biru (blu print) tercapai atau tidak
Model ini tidak akan mengukur apa yang terjadi akan tetapi diluar tujuan formal program tersebut.
Contoh :
Evaluasi Ujian Nasional bertujuan untuk mengukur apakah rata-rata indeks prestasi kumulatif siswa mencapai 5,0. Evaluasi itu tidak akan mengukur apakah siswa yang tidak lulus mengalami stress atau terjadi kecurangan atau tidak
10. Standar evaluasi
Prinsip-prinsip yang secara umum disepakati oleh orang-orang yang berhubungan dengan evaluasi untuk mengukur nilai atau kwalitas suatu evaluasi.
Kegunaan standar evaluasi adalah pedoman bagi evaluator mengenai bagaimana :
1. Merancang, melaksanakan dan menyusun hasil evaluasi.
2. Berhubungan dengan stakeholder evaluasi
3. Memanfaatkan hasil evaluasi
4. Melaksanakan hasil evaluasi yang etis
11. Standar utility
Standar untuk memandu evaluator agar evaluasinya informative, tepat waktu dan berpengaruh. Standar ini mengatur mengenai
a.audien,b.Kredibilitas evaluator,c .cakupan dan seleksi informasi,
d. interpretasi penilaian,e.Kejelasan laporan,f. Penyebaran laporan
g. Ketepatan waktu laporanh. impak evaluasi
12. Standar feasibilities
Standar feasibilities adalah standar yang mengatur agar evaluasi dilaksanakan secara alami dan menggunkan sumber-sumber yang bernilai. Disain evaluasi harus dapat dioperasionalkan dalam altar evaluasi standar ini mengenai:
(1) Prosedur praktikal
(2) Viabilitas praktikal
(3) Efektifitas biaya.
13. Standar priorities
Standar Proprieties adalah Standar yang mengatur agar evaluasi dilaksanakan dengan cara yang etis, tidak melanggar hokum dan memenuhi norma kelayakan dan dan demi kesejahteraan mereka yang ikut serta dalam evaluasi dan yang dipengaruhi oleh evaluasi:
(1) Konflik of inters
(2) Penyingkapan penuh dan terbuka
(3) Hak untuk mengetahui masyarakat
(4) Keseimbangan laporan
(5) Tanggung jawab keuangan
14. Budaya evaluasi
Budaya evaluasi adalah Nilai-nilai, norma dan kebiasaan organisasi mengenai peran evaluasi dalam melaksanakan aktivitas untuk mencapai tujuan organisasi.
Setiap organisasi mempinyai nilai-nilai, norma dan kebiasaanyang berbeda dengan organisasi lainnya mengenai peran evaluasi. Jadi berbagai jenis evaluasi.
Contoh ;
1. Budaya evaluasi positif. Krakteristik budaya ini antara lain :
a) Menerima dan komitmen terhadap peran evaluasi dalam mencapai tujuan organisasi
b) Memahami mengapa organisasi memakai evaluasi
c) Mampu mendisain dan melaksanakan evaluasi
d) Memakai hasil evaluasi untuk mengambil keputusan
e) Menggunakan hasil evaluasi untuk mendukung perkembangan dan perubahan
2. Budaya evaluasi Negatif karakteristiknya antara lain :
a) Evaluasi merupakan ancaman karena alat untuk menilai kegiatan dan upaya mencapai tujuan organisasi
b) Evaluasi membatasi kreativitas dan inovasi
c) Evaluasi memboroskan sumber-sumber organisasi, tenaga, biaya, peralatan dan waktu.
d) Evaluasi menimbulkan konflik dalam organisasi.
3. Budaya evaluasi netral yang karakteristiknya sebagai berikut :
a) Evaluasi merupakan aktivitas netral, tidak baik dan juga tidak buruk. Baik buruknya tergantung pada penggunaan hasilnya. Jika digunakan nutuk tujuan positif, maka evaluasi baik, akan tetapi jika digunakan untuk tujuan yang buruk, maka evaluasi buruk.
b) Jika menguntungkan organisasi. Dilakukan evaluasi, jika merugikan tidak dilakukan.
15. Perbedaan Evaluasi, Penilaian dan Pengukuran
· Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes.
· Pengukuran adalah membandingkan hasil tes dengan standar yang ditetapkan. Pengukuran bersifat kuantitatif. Sedangkan menilai adalah kegiatan mengukur dan mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak sampai ke taraf pengambilan keputusan. Penilaian bersifat kualitatif. Agar lebih jelas perbedaannya maka perlu dispesifikasi lagi untuk pengertian masing-masing:
· Evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektifitas suatu program.
16. Evaluasi meta adalah menilai suatu evaluasi (evaluasi primer) berdasarkan kriteria tertentu dan menentukan apakah sesuai dengan kriteria tersebut.
Fungsi evaluasi meta dalah untuk :
a. Mengontrol kualitas dari evaluasi primer, apakah perencanaan dan pelaksanaan evaluasi primer telah dilakukan sesuai dengan standard evaluasi.
b. Menentukan apakah informasi yang dihasilkan mempunyai makna dan manfaat bagi program yang dievaluasi.
c. Apakah hasilnya didesiminasikan kepada stakeholder yang memerlukannya.
d. Apakah hasil evaluasi telah dipergunakan oleh stakehplder evaluasi untuk memenuhi kebutuhannya.
17. Kriteria Evaluator
Untuk memperoleh hasil evaluasi yang akurat, maka diperlukan kriteria :
1.Memahami mated
Memahami mated yaitu memahami tentang seluk beluk program yang dievaluasi, antara lain :
1 . Tujuan program yang telah ditentukan sebelum dimulai kegiatan
2. Komponen komponen program
3. Variabel yang akan diujicobakan atau dilaksanakan
4. Jangka waktu dan penjadualan kegiatan
5. Mekanisme pelaksanaan program
6. Pelaksanaan program
7. Sistem monitoring kegiatan program
2.Menguasai Teknik
Menguasai teknik yaitu menguasai cara cara atau teknik yang digunakan di dalarn melaksanakan evaluasi program. Karena kegiatan evaluasi program mengenai sejumlah evaluasi, maka evaluator program dituntut agar menguasai metodologi evaluasi, yang meliputi
1. Cara membuat perencanaan evaluasi
2. Teknik menentukan populasi dan sampel
3. Teknik menyusun instrumen
4. Prosedur dan teknik pengumpulan data
5. Penguasaan teknik pengolahan data
6. Cara menyusun laporan evaluasi
3.Objektif dan Cermat
mereka diharapkan, mengklasifikasikan, mentabulasikan, mengolah dan sebagainya secara cermat dan objektif pula. Khususnya di dalam menentukan pengambilan strategi penyusunan laporan, evaluator tidak boleh memandang satu atau dua aspek sebagai hal yang istimewa dan tidak boleh pula memihak. Kriteria keberhasilan yang dipakai adalah apabila hasil penilaian dari evaluator dapat menunjukkan hasil yang objektif dengan alasan rasional dan didukung oleh data data yang akurat.
4.Jujur dan Dapat Dipercaya
menyajikan data apa adanya. Dengan demikian pengelola dan pengambil keputusan tidalk salah membuat treatment akan programnya.
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang evaluator agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara tepat, yaitu :
1. Evaluator hendaknya merupakan evaluator yang otonom artinya orang luar yang sama sekali tidak ada ikatan dengan pengambilan kebijaksanaan maupun pengelola dan pelaksanaan program.
2. Ada hubungan baik dengan responden dalam arti dapat memahami sedalam dalamnya watak, kebiasaan dan cara hidup klien yang akan dijadikan sumber data evaluasi.
3. Tanggap akan masalah politik dan sosial karena tujuan evaluasi adalah pengembangan program.
4. Evaluator berkualitas tinggi, dalarn arti jauh dari biasa. Evaluator adalah orang yang mempunyai self concept yang tinggi, tidak mudah terombang-ambing.
5. Menguasai teknik untuk membuat desain dan metodologi penelitian yang tepat untuk program yang dievaluasi.
6. Bersikap terbuka terhadap kritik. Untuk mengurangi dan menahan diri dari bias, maka evaluator memberi peluang kepada orang luar untuk melihat apa yang sedang dan telah dilakukan
7. Menyadari kekurangan dan keterbatasannya serta bersikap jujur, menyampaikan (menerangkan) kelemahan dan keterbatasan tentang evaluasi yang dilakukan.
8. Bersikap pasrah kepada umum mengenai penemuan positif dan negatif. Evaluator harus berpandangan luas dan bersikap tenang apabila menemukan data yang tidak mendukung program dan berpendapat bahwa penemuan negatif sama pentingnya dengan penemuan positif.
9. Bersedia menyebarluaskan hasil evaluasi. Untuk program kegiatain yang penting dan menentukan, hasil evaluasi hanya pantas dilaporkan kepada pengambil keputusan dalam sidang tertutup atau pertemuan khusus. Namun untuk program yang biasa dan dipandang bahwa masyarakat
dapat menarik manfaat dari evailuasinya, sebaiknya hasil evaluasi disebarluaskan, khususnya bagi pihak pihak yang membutuhkan.
10. Tidak mudah membuat kontrak. Evaluasi yang tidak memenuhi persyaratan persyaratan yang telah disebutkan sebaiknya tidak dengan mudah menyanggupi menerima tugas karena secara etis dan moral akan merupakan sesuatu yang kurang dapat dibenarkan.
18. JENIS EVALUASI
No. | Berdasarkan tujuan | Berdasarkan sasaran | Berdasarkan lingkup kegiatan pembelajaran | Berdasarkan objek dan subjek evaluasi |
1 | Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang di tujukan untuk menelaah kelemahan-kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya. | Evaluasi konteks Evaluasi yang ditujukan untuk mengukur konteks program baik mengenai rasional tujuan, latar belakang program, maupun kebutuhan-kebutuhan yang muncul dalam perencanaan | Evaluasi program pembelajaran Evaluasi yang mencakup terhadap tujuan pembelajaran, isi program pembelajaran, strategi belajar mengajar, aspe-aspek program pembelajaran yang lain. | A. Berdasarkan objek : 1. Evaluasi input Evaluasi terhadap siswa mencakup kemampuan kepribadian, sikap, keyakinan. |
2 | Evaluasi selektif adalah evaluasi yang di gunakan untuk memilih siswa yang paling tepat sesuai dengan kriteria program kegiatan tertentu | Evaluasi input Evaluasi yang diarahkan untuk mengetahui input baik sumber daya maupun strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan. | Evaluasi proses pembelajaran Evaluasi yang mencakup kesesuaian antara peoses pembelajaran dengan garis-garis besar program pembelajaran yang di tetapkan, kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, kemampuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. | 2.Evaluasi trasformasi Evaluasi terhadap unsur-unsur transformasi proses pembelajaran anatara lain materi, media, metode dan lain-lain. |
3 | Evaluasi penempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk menempatkan siswa dalam program pendidikan tertentu yang sesuai dengan karakteristik siswa. | Evaluasi proses Evaluasi yang di tujukan untuk melihat proses pelaksanaan, baik mengenai kalancaran proses, kesesuaian dengan rencana, faktor pendukung dan faktor hambatan yang muncul dalam proses pelaksanaan, dan sejenisnya. | Evaluasi hasil pembelajaran Evaluasi hasil belajar mencakup tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan pembelajaran yang ditetapkan, baik umum maupun khusus, ditinjau dalam aspek kognitif, afektif, psikomotorik. | 3. Evaluasi output Evaluasi terhadap lulusan yang mengacu pada ketercapaian hasil pembelajaran. |
4 | Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk memperbaiki dan meningkatan proses belajar dan mengajar. | Evaluasi hasil atau produk Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil program yang dicapai sebagai dasar untuk menentukan keputusan akhir, diperbaiki, dimodifikasi, ditingkatkan atau dihentikan. | | B. Berdasarkan subjek: 1. Evaluasi internal Evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam sekolah sebagai evaluator, misalnya guru. |
5 | Evaluasi sumatif Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk menentukan hasil dan kemajuan bekajra siswa. | Evaluasi outcom atau lulusan Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil belajar siswa lebih lanjut, yankni evaluasi lulusan setelah terjun ke masyarakat. | | 2. Evaluasi eksternal Evaluasi yang dilakukan oleh orang luar sekolah sebagai evaluator, misalnya orangtua, masyarakat. |
19. BENEFIT MONITORING AND EVALUATION (BME)
Sistem Evaluasi dan Monitoring Benefit atau biasa disebut sebagai Benefit Monitoring and Evaluation (BME) adalah kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap suatu program atau proyek dalarn rangka mengetahui sejauh mana program atau proyek tersebut memberikan manfaat sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar